Seperti Tanah Basah dan Udara

Di atas tanah ini, kehidupan akan terasa berwarna-warni apabila ada kegembiraan, pesta, tangis haru bahagia, tangis sedih menyesakkan dan mungkin tangisan pura-pura. Tanah ini seperti diberkati atau seperti itulah kata orang-orang suci dibawah sana. Tanah ini dapat merasakan siapa-siapa dari kami yang tidak merasa bagian dari kehidupan. Menarik dan menyuruh pantat duduk di atas tanahnya yang lembab dan basah. Entah apa yang dipikirkan orang-orang ketika datang kemari. Kadang mereka cuma duduk sambil melihat hamparan langit yang seringkali kosong (ah, mungkin sama seperti otak mereka). Kadang mereka berbicara dengan udara di sekitarnya seolah-olah dihadapannya ada seorang kekasih. Gila !, ucapku dalam hati. Dan aku terkejut ketika tadi malam kau mengajakku datang ke tempat pengakuan dosa ini. Sempat berpikir bahwa apa hubunganku dengan dosa-dosamu, atau apakah aku adalah dosamu. Kau diam cukup lama hingga membuatku salah tingkah. Apa aku harus memelukmu dari belakang ? apa aku harus membisikkan kalimat cinta ditelinga kirimu ? atau aku hanya harus mengecupmu sekali dan langsung berlari pergi ?.

“Siapa aku ?”, tanyamu tiba-tiba tepat sebelum aku memutuskan untuk memelukmu saja dari belakang. Aku membetulkan posisi dudukku dan menatapmu dalam-dalam. Ah harusnya kukecup saja dia dan langsung berlari pergi daripada berhadapan dengan pertanyaan membingungkan seperti ini, sesalku dalam hati. Kau masih diam, dan aku masih saja membetulkan posisi dudukku yang sama sekali tidak nyaman (asal kau tahu pantat ku basah karena rumput-rumput ini !).

“Apakah kita ini nyata ?”. Itulah jawabanku. Kadang tidak semua pertanyaan membutuhkan jawaban yang lugas, kadang pengertian didapatkan dari kesunyian, kadang diam adalah jawabnya.

Aku membersihkan celanaku dari rumput-rumput kecil yang menempel, kemudian bangkit, menciumi udara, menciumi wajahmu dan berlari pergi dari tanah ini. Seperti basah yang kemudian mengering karena datangnya pagi.

Bogor, 231014 *krik krik krik, membingungkan 😦 *

Tinggalkan komentar